Penjelasan Arsitektur Berkelanjutan dan Penerapannya Pada Bangunan

Pada artikel ini akan membahas tentang Penjelasan Arsitektur Berkelanjutan dan Penerapannya Pada Bangunan .

Arsitektur berkelanjutan (sustainability architecture) merupakan arsitektur yang menitikberatkan pada keseimbangan antara lingkungan binaan dan lingkungan alam dengan waktu sekarang sampai masa yang akan datang. Arsitektur berkelanjutan tidak lepas dari Pembangunan Berkelanjutan (sustainability development).

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan memerlukan proses integrasi ekonomi dan ekologi melalui upaya perumusan paradigma dalam mengelola sumber daya seoptimal mungkin.
Dua hal penting dalam konsep berkelanjutan ini yaitu kebutuhan (needs) dan generasi pendatang (future generation) sehingga dalam pembangunan berkelanjutan perlu diperhatikan :

1. Konsep Kebutuhan (the concept of needs). 

Menciptakan kondisi yang menjaga terpenuhinya kebutuhan hidup yang memadai bagi seluruh masyarakat, dimana kaum miskin sedunia harus diberi prioritas utama.

2. Konsep Keterbatasan (the concept of limits). 

Memperhatikan dan menjaga kapasitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan akan datang.

Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses pembangunan yang berkelanjutan, yaitu :
  1. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara ekologis benar.
  2. Pemanfaatan sumber daya terbarukan (renewable resourse) tidak boleh melebihi potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumber daya tak terbarukan.
  3. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran.
  4. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carryng capacity).

Arsitektur Berkelanjutan

Bangunan berkelanjutan adalah bangunan yang menggunakan metode konstruksi yang berkelanjutan, dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritaskan kualitas lingkungan, vitalitas ekonomi dan keuntungan sosial melalui perancangan bangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan pada lokasi dimana dilakuakn pembangunan (lingkungan binaan).

Seperti juga pembangunan berkelanjutan yang melihat konsep berkelanjutan dari 3 aspek utama yaitu Kemajuan Sosial, Pertumbuhan Ekonomi dan Keseimbangan Ekologi. 
Maka arsitektur berkelanjutan pun tidak dapat lepas dari aspek-aspek tersebut.

Efisiensi dalam arsitektur berkelanjutan:

1. Efisiensi penggunaan energi
  • Memanfaatkan sinar matahari
  • Memanfaatkan penghawaan alami
  • Memanfaatkan air hujan
  • Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan
2. Efisiensi penggunaan lahan
  • Menggunakan lahan dengan efisien
  • Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
  • menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan
  • Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
  • Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal
3. Efisiensi penggunaan material
  • Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
  • Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa digunakan
  • Menggunakan material yang masih berlimpah
  • Penggunaan teknologi dan material terbarukan
  • Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan ir
  • Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global
4. Manajemen limbah
  • Membuat sistem dekomposisi limbah organik
  • Membuat sistem pengolahan limbah domestik
  • Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang secara Global mengonsumsi 50% sumber daya alam,40% energi dan 16% air. Konstruksi juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu45% (Akmal, 2007).

Konsep Arsitektur Berkelanjutan

Berikut ini adalah hal yang perlu diterapkan pada bangunan yang menggunakan Konsep Arsitektur Berkelanjutan

1. Bangunan Hemat Energi

Bangunan hemat energi dalam dunia arsitektur adalah meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Hemat energi adalah suatu kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat atau minimal tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik manusia. 

Konsep bangunan hemat energi terdiri dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut:
  • Meminimalkan perolehan panas matahari
  • Orientasi bangunan utara-selatan
  • Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yang diletakkan di tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di sisi Timur-Barat.
  • Memaksimalkan pelepasan panas bangunan kemudian menghindari radiasi matahari masuk ke dalam bangunan.
  • Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk menerangi ruang dalam bangunan.
  • Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
  • Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan

2. Efisiensi Penggunaan Lahan

Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.

Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan.

Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.

Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.

Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; 
  • Berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan.
  • Dimana letak lahan (di kota atau di desa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain, 
  • Bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang, 
  • Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan.

3. Efisiensi Penggunaan Material

  • Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
  • Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
  • Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.

4. Penggunaan Teknologi dan Material

Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.

Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

Itulah pembahasan tentang Arsitektur Berkelanjutan dan Penerapannya Pada Bangunan.